Rabu, 06 Februari 2013

berbagi ilmu hari ini

pertanyaan dari pengguna majalah al-mawaddah:
Assalamu’alaikum. Ustadz, bagaimana menyikapi kenakalan anak? Nasihat sudah saya berikan. Hukuman atas kenakalannya sudah saya lakukan, namun beberapa saat ia kembali mengulang. Bagaimana kalau anak saya dititipkan di rumah neneknya?
(Hamba Allah, Bumi Allah, 0351xxxxxxx)
Jawab:
Wa’alaiukumussalam. Kami sangat menghargai jerih payah Anda dalam mendidik buah hati. Subhanallah, memperhatikan apa yang penanya sampaikan, rasanya berbagai upaya sudah dilakukan tetapi tidak berhasil. Sehingga intinya terkesan daripada “pusing tujuh keliling” mendingan dititipkan kepada neneknya. Saya ingin memberikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada penanya yang telah melakukan berbagai macam upaya dalam menyikapi kenakalan anak. Pertanyaannya kemudian adalah, apakah sikap yang telah diberikan itu sudah tepat atau belum? Cara merespon perilaku negatif anak harus dengan memahami dunia mereka dengan penuh kearifan, kelembutan dan cara-cara yang efektif sehingga mampu merubah perilaku anak ke arah yang lebih baik. Sangat tidak disarankan merespon perilaku negatif anak dengan cara emosional; marah-marah, perkataan yang menyakiti, ekspresi yang menyeramkan, memukul fisik secara berlebihan, memposisikan anak serba salah, tidak menghargai perasaannya, keras dan kasar serta pola asuh orang tua yang tidak berimbang dengan kebutuhan usia dan karakteristik anak.
Sering kali kita melihat dalam kacamata pendidikan, bahwa tidak sedikit orang tua yang merasa pasrah dengan perilaku negatif anak. Mudah-mudahan keinginan penanya untuk menyerahkan sang buah hati kepada neneknya bukan karena merasa pasrah dengan perilaku anak yang dinilai sudah tidak mampu diatasi. Berapa banyak anak-anak yang memiliki potensi perilaku negatif, sangat berhasil menjadi seorang yang shalih karena pola asuh yang tepat, pendekatan-pendekatan pembelajaran yang tepat hasil pemberian orang tua kepada anak?! Berapa banyak pula anak-anak yang memiliki potensi perilaku terpuji yang besar menjadi durhaka karena pola asuh yang salah dan pendekatan pembelajaran yang keliru yang diterapkan oleh orang tua?! Artinya, bahwa semua anak bisa menjadi baik apabila pola asuh dan pendekatan pembelajaran yang diterapkan oleh orang tua tepat. Yaitu sesuai dengan sifat dan karakteristik anak, tingkatan usia, minat dan bakat anak, psikologi anak serta lingkungan di mana ia tumbuh berkembang. Semoga penanya lebih sabar dalam mendidik buah hati tercinta. Lebih arif dalam memilih solusi yang tepat guna mengubah perilaku negatif anak.
Sebenarnya mendidik sendiri lebih utama daripada diserahkan kepada nenek. Caranya, kita sebagai orang tua harus terus meningkatkan ilmu pengetahuan terutama ilmu mendidik anak. Bukankah neneknya telah membesarkan kita dengan susah payah? Sehingga berikanlah kesempatan dan dukungan seluas-luasnya agar sang nenek menghabiskan masa tuanya untuk beribadah kepada Allah Subhaanahu wa ta’aala. Sebagai anak hendaknya kita senantiasa berusaha untuk dapat memberikan perhatian yang besar kepada sang nenek tercinta. Jika sang buah hati harus dilepas dari orang tua, disarankan agar orang tua dapat menyerahkan tanggung jawab pendidikan tersebut kepada pesantren yang diyakini bermanhaj salaf (konsisten dengan ajaran Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan tiga generasi awal) yang lebih mampu mendidiknya daripada kita atau pun nenek tercinta.
Kiranya Anda juga berkenan membaca jawaban kami atas pertanyaan dilema hukuman fisik di atas. Mudah-mudahan jawaban kami bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar