Rabu, 23 Oktober 2013




METODE DAN TEKNIK BIMBINGAN KONSELING
Di susun untuk memenuhi tugas :
Mata kuliah     : Bimbingan dan Konseling
Dosen pengampu        : Atiyatul Maula, M.Psi, Psikolog
Kelas D
Di Susun Oleh :
1.      Dewi Yuliana                 ( 2021 111   )
2.        Novi Syafa’atul S                ( 2021 111  )
3.      Ulfatul Maula              ( 2021 111 089 )
4.      Rahmawati                   ( 2021 111 092 )

JURUSAN TARBIYAH / PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
 ( STAIN ) PEKALONGAN
2013

PENDAHULUAN

Metode dalam pengertian harfiyah, adalah "jalan yang harus dilalui" untuk mencapai suatu tujuan, karena kata metode berasal dari meta yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalan. Namun pengertian hakiki dari metode tersebut adalah segala sarana yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik sarana tersebut berupa fisik seperti alat peraga, administrasi, dan pergedungan di mana proses kegiatan bimbingan berlangsung, bahkan pelaksana metode seperti pembimbing sendiri adalah termasuk metode juga dan sarana non fisik seperti kurikulum, contoh, teladan, sikap dan pandangan pelaksana metode, lingkungan yang menunjang suksesnya bimbingan dan cara-cara pendekatan dan pemahaman terhadap sasaran metode seperti wawancara, angket, tes psikologis, sosiometri dan lain sebagainya.
Sedangkan tehnik adalah suatu cara (kepandaian, pengetahuan dll) untuk membuat atau melakukan sesuatu. Jadi Teknik Bimbingan dan Konseling adalah Suatu cara yang harus digunakan oleh seorang konselor dalam melaksanakan kegiatan Bimbingan dan Konseling.














PEMBAHASAN

A.      Metode dalam Bimbingan  dan Konseling
Ada beberapa  metode yang dapat digunakan untuk memperoleh data dalam bimbingan dan konseling, khususnya yang berlangsung di sekolah, antara lain:
1.         Observasi
Observasi merupakan salah satu metode khusus untuk mendapatkan fakta. Sedangkan observasi menurut Pauline V. Young adalah suatu penelitian yang dijalankan secara sistematis dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indra ( terutama mata ) atas kejadian-kejadian yang langsung dapat ditangkap pada waktu kejadian itu terjadi.
Jenis-jenis observasi:
Dalam observasi dikenal bermacam-macam jenis, yaitu :
a.    Observasi yang berpartisipasi
Dalam observasi ini pembimbing turut mengambil bagian didalam kehidupan atau situasi dari orang-orang yang diobservasinya. Sebagai contoh, Pembimbng dapat ikut bermain basket untuk mengobservsi tingkah laku anak yang dibimbingnya ataupun sifat-sifatnya lain yang ingin diketahuinya.
b.    Observasi non-partisipasi
Pada teknik ini pembimbing tidak ambil bagian secara langsung didalam situasi kehidupan yang diobservasi, tetapi berperan sebgai penonton. Sebagi contoh, pembimbing melakukan observasi pada waktu anak sedang bermain. Pembimbing tidak ikut bermain tetapi hanya melihat bagaimana mereka bermain.
c.    Kuasi partisipasi
Di mana dalam observasi itu seolah-olah pembimbing turut berpartisipasi. Jadi sebenarnya hanya pura-pura saja turut ambil bagian dalam situasi kehidupan pihak yang diobservasi.
Disamping itu observasi juga dapat dibedakan sebagai observasi yang sistematis dan yang tidak sistematis.
a.    Observasi sistematis
Dilaksankan dengan menggunakan kerangka rencana terlebih dahulu. Sehingga sering pula disebut sebagai struktured observation.
b.    Observasi non-sistematis
Merupakan observasi dimana yang akan diobservasi belum disistematisasi terlebih dahulu. Tetapi ini tidak berarti bahwa observasi ini adalah observasi yang tidak berencana. Observasi ini tetap telah terencana, hanya materi atau hal-hal yang mau diobservasi belum disistematisasi seperti observasi yang sitematis.
Dilihat dari situasinya, observasi dapat dibedakan menjadi tiga:
a.    Free situation
Merupakan observasi yang dijalankan dalam situasi yang bebas, tidak ada hal-hal atau faktor-faktor yang membatasi jalannya observasi itu.
b.    Manipulated situation
Merupakan observasi yang situasinya dengan sengaja diadakan. Dengan sengaja pembimbing memasukkan faktor-faktor atau variabel-variabel dalam situasi itu untuk menimbulkan situasi yang dikehendaki.
c.    Partially controled situation observation
Yaitu percampuran dari observasi yang terdahulu.

2.         Kuesioner
Kuesioner atau sering disebut angket merupakan suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang/ anak yang ingin diselidiki yang disebut responden
Jenis-jenis kuesioner:
Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dapat bermacam-macam bentuknya seperti:
1)        Pertanyaan tertutup, yaitu pertanyaan-pertanyaan dimana responden tinggal memilih jawabnya yang telah disediakan didalam kuesioner itu.
2)        Pertanyaan terbuka, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi responden untuk memberikan jawaban atau tanggapannya.
3)        Pertanyaan yang terbuka dan tertutup, yaitu percampuran dari kedua macam pertanyaan tersebut diatas.
Dilihat dari sumber data kuesioner dapat dibedakan:
1)        Kuesioner langsung, yaitu apabila kuesioner itu langsung diberikan kepada responden yang ingin diselidiki
2)        Kuesioner tidak langsung, yaitu apabila kuesioner untuk mendapatkan data dibutuhkan perantara sehingga jawaban yang diperoleh tidak dari sumber pertama.
Kelemahan dan kelebihan metode kuesioner
Ada beberapa kelebihan dengan menggunakan metode kuesioner ini, yaitu:
1)        Dapat memperoleh data yang banyak dalam waktu yang singkat dan dapat dilakukan sekalipun tempatnya jauh.
2)        Tenaga yang diperlukan sedikit.
3)        Orang dapat menjawab dengan terbuka atau leluasa, tidak dipengaruhi oleh orang lain.
Adapun kelemahan-kelemahan dari metode ini antara lain yaitu:
1)        Kemungkinan tidak dapat berhadapan muka langsung dengan responden, maka apabila ada pertanyaan yang kurang jelas maka responden sulit untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut.
2)        Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner telah tertentu, tidak dapat diubah atau disesuaikan dengan sekitarnya.
3)        Sukar untuk mendapatkan checking terhadap jawaban responden.
4)        Sulit untuk memberikan jaminan bahwa kuesioner yang telah disebarkan akan kembali seluruhnya.

3.         Interviu (wawancara)
Interviu merupakan salah satu metode untuk mendapatkan data tentang anak atau individu lain dengan dengan mengadakan hubungan secara langsung dengan informan.
Macam-macam Interviu
Menurut apa yang ingin dituju, interviu dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:
1)        The employment interview, yaitu interviu yang dijalankan dengan suatu maksud yang berhubungan dengan employment.
2)        Informational interview, yaitu interviu yang ditujukan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
3)        Administrative interview, yaitu interviu yang dijalankan untuk keperluan administrasi.
4)        Counseling interview, yaitu interviu yang dijalankan untuk keperluan konseling. Interviu ini khas digunakan dalam proses konseling.
Menurut jumlah orang yang diinterviu, interviu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1)        Interviu perorangan (individual)
2)        Interviu kelompok.
Menurut peran yang dimainkan , maka interviu dapat dibedakan dalam:
1)        The non-directive interview, yaitu interviu yang digunakan dalam proses konseling.
2)        The focused interview, yaitu interviu yang ditujukan kepada orang-orang tertentu yang mempunyai hubungan dengan objek-objek yang diselidiki.
3)        The repeated interview, yaitu interviu yang berulang. Interviu ini terutama digunakan untuk mencoba mengikuti perkembangan tertentu terutama proses social.

Kelebihan dan kelemahan interview
Beberapa kelebihan dengan menggunakan interview, diantaranya:
1)        Pertanyaan yang kurang jelas dapat diperjelas oleh intervewer, sehingga interviewee lebih mengerti akan apa yang dimaksudkan.
2)        Bahasa dari intervewer dapat disesuaikan dengan keadaan interviewee.
3)        Adanya hubungan langsung, maka diharapkan dapat menimbulkan suasana persaudaraan yang baik, sehingga mempunyai pengaruh yang baik terhadap hasil interviu
Adapun kekurangan interviu, diantaranya:
1)        Interviu kurang hemat, baik dalam soal waktu maupun tenaga.
2)        Interviu membutuhkan keahlian, yang memerlukan pendidikan khusus yang membutuhkan waktu yang lama.
3)        Apabila telah ada prasangka, maka hal itu akan mempengaruhi hasil interviu. Hasilnya menjadi tidak objektif.

4.         Sosiometri (hubungan social)
Metode Sosiometri, yaitu suatu cara yang dipergunakan untuk mengetahui kedudukan anak bimbing dalam berhubungan kelompok. Sosiometri merupakan teknik penggambaran struktur hubungan yang ada di dalam bentuk sosiogram. Sosiogram adalah hasil pengukuran atau tes terhadap sekelompok anak-anak yang dilakukan menurut teknik sosiometris yang digambarkan dalam bentuk diagram.
a.    Kriteria Hubungan Sosial
Baik tidaknya hubungan social seorang individu dengan individu yang lain dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu:
1)        Frekuensi hubungan, yaitu sering tidaknya anak atau individu tersebut bergaul. Makin  sering individu bergaul maka pada umumnya individu itu makin baik dalam segi hubungan  sosialnya.
2)        Intensitas hubungan, yaitu segi mendalam tidaknya orang atau anak di dalam prgaulannya, yaitu intim tidaknya mereka bergaul. Teman yang intim, yang berarti mempunyai intensitas yang mendalam, merupakan teman akrab, yang hubungannya lebih baik daripada teman yang kurang atau tidak intim.
3)        Popularitas hubungan, yaitu di mana banyak sedikitnya teman bergaul digunakan sebagai criteria untuk melihat baik buruknya hubungan social. Factor popularitas inilah yang digunakan sebagai ukuran atau criteria untuk melihat baik tidaknya seseorang di dalam hubungan atau kontak sosialnya, dan inilah yang digunakan dasar sosiometri.
Untuk mendapatkan materi, di dalam sosiometri ini biasanya digunakan kuesioner sosiometris. Hasil dari kuesioner ini kemudian diolah lebih lanjut hingga menghasilkan hasil sosiometri.
Untuk menentukan hubungan social ada dua macam bentuk, yaitu:
1)        Pemilihan sebagai arah yang positif.
2)        Penolakan sebagai arah yang negative.
b.   Sosiogram
Apa yang dicapai dengan kuesioner sosiometris pada umumnya akan diolah lebih lanjut. Hasil dari kuesioner itu dikumpulkan dan dimasukkan dalam daftar tabulasi dan dikalkulasi, menjadi suatu bentuk matriks, ini yang disebut analisis matriks. Hasil perhitungan dari hasil sosiometri itu kemudian dibuat menjadi sosiogram. Ini yang sering disebut analisis sosiogram
c.    Analisis Indeks
Pada umumnya hasil sosiometri akan dianalisis lebih lanjut, yaitu dengan analisis matriks, analisis sosiogram, dan analisis indeks. Dalam analisis indeks dihitung berapakah besarnya indeks untuk masing-masing individu dalam kelompok yang diselidiki itu.

5.         Test
Test adalah suatu metode atau alat untuk melakukan penyelidikan yang menggunakan soal-soal, pertanyaan-pertanyaan atau tugas-tugas yang telah dipilih dengan seksama dan telah distandarisasikan.
Macam-macam test
Test dapat dibadakan menjadi beberapa macam sesuai dengan dasar penggolongan atau klasifikasinya, yaitu:
1.    Berdasarkan atas banyaknya orang yang ditest, test dapat dibedakan:
a.    Test individual, yaitu test yang diberikan secara individual.
b.    Test kelompok, yaitu test yang diberikan secara kelompok. Misalnya test AGCT, test SPM, test Kraeplin.
2.    Berdasarkan atas peristiwa atau kemampuan jiwa yang ingin diselidiki, test dapat dibedakan antara lain test pengamatan, test perhatian, test inteligensi, test fantasi.
3.    Berdasarkan atas cara tastee mengerjakan tugas-tugas, maka test dapat dibedakan:
a.    Test bahasa, yaitu apabila testee di dalam mengerjakan test itu menggunakan bahasa. Misalnya test RO, test Binet.
b.    Test peraga, yaitu test di mana testee di dalam mengerjakan test itu tidak perlu menggunakan bahasa, cukup menggunakan perbuatan-perbuatan, seperti pada test balok, test menggambar orang.  

6.         Case Study
Case studi merupakan suatu metode untuk menyelidiki atau mempelajari sesuatu kejadian mengenai perseorangan (riwayat hidup). Case study sebagai suatu metode untuk mengadakan persiapan konseling dapat dibagi dalam beberapa bagian-bagian yang mengandung:
a.       Data identitas (data pengenal)
b.      Tanda-tanda atau gejala-gejala yang menampak
c.       Data-data sekitar klien:
1)      Latar belakang keluarga
2)      Latar belakang jasmani dan kesehatan anak
3)      Data mengenai segi pendidikannya
4)      Social behavior dan minatnya
5)      Tes data
d.      Interpretasi dari data dan diagnosis (kesimpulan)
e.       Langkah-langkah yang akan diambil dalam pemberian konseling.

B.       Teknik-teknik Bimbingan dan  Konseling
Konseling mengandung suatu proses antar pribadi yang berlangsung melelui saluran komunikasi verbal dan non verbal. Penggunaan teknik verbal dan non verbal berlangsung dalam proses komunikasi timbal balik antara konselor dan konseli, tetapi pun tidak lepaas dari sistematika kerja tertentu yang terwujud dalam berpegang pada suatu pendekatan konseling berdasarkan bertimbngan rasional.
1.      Teknik-teknik Bimbingan Konseling yang Verbal
Teknik konseling yang verbal adalah sembarang tanggapan verbal yang diberikan oleh konselor, yang merupakan perwujudan konkret dari maksud, pikiran, dan perasaan yang berbentuk dalam batin konselor (tanggapan batin) untuk membantu konseli pada saat tertentu.
Ada teknik verbal yang mengandung pengarahan sedikit dan lebih sesuai dengan metode nondirektif, diantaranya yaitu:
a.       Ajakan untuk memulai
Pada akhir fase pembukaan konselor mempersilakan konseli untuk mulai menjelaskan masalah yang ingin dibicarakan.
b.      Penerimaan/Menunjukkan pengertian
Konselor menyatakan pengertiannya dan/atau penerimaannya terhadap hal yang terungkapkan.
c.       Perumusan kembali pikiran-gagasan/Refleksi pikiran
Menyangkut komponen pengalaman dan komponen refleksif dalam pesan konseli; disebut pikiran-gagasan karena subjek menggunakan suatu bentuk representasi mental.
d.      Perumusan kembali perasaan/refleksi perasaan
Menyangkut komponen afektif dalam pesan konseli. Konselor memantulkan kembali kepada konseli perasaan tentang kejadian atau pengalaman yang telah diungkapkannya secara verbal maupun nonverbal. Pemantulan perasaan tersebut dirumuskan dalam bentuk restatement atau dalam bentuk parafrase.
e.       Penjelasan pikiran-gagasan/klarifikasi pikiran
Penjelasan ini agak bersifat tentatif, artinya meraba atau menduga, maka konseli diminta untuk memberikan umpan balik kepada konselor, apakah penangkapan konselor memang tepat.
f.       Penjelasan perasaan/klarifikasi perasaan
Konselor ingin mengecek apakah ia telah menangkap dengan tepat isi dan bobot/kedalaman perasaan yang secara implisit telah diungkapkan oleh konseli.
g.      Permintaan untuk melanjutkan
Konselor mempersilakan konseli untuk memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai sesuatu yang telah dikemukakannya, isi penjelasan dan arahnya kemana terserah kepada konseli.
h.      Pengulangan satu-dua kata
Konselor mengulangi satu atau dua kata kunci dalam pertanyaan konseli dalam bentuk kalimat tanya, dengan tujuan supaya konseli memberikan penjelasan lebih lanjut.
i.        Ringkasan/rangkuman
Secara singkat dan dalam garis besar, konselor merumuskan apa yang telah dikatakan.
Selain itu ada juga teknik verbal yang mengandung pengarahan banyak dan lebih sesuai dengan metode direktif, yaitu:
a.       Pertanyaan mengenai hal tertentu
Koselor ingin mendapat tanggapan tentang hal tertentu, maka jawaban konseli terbatas isinya, yaitu sesuai dengan hal yang ditanyakan.

b.      Pemberian umpan balik
Dalam hal ini konselor menyampaikan kepada konseli pikiran atau perasaannya sendiri tentang sikap konseli selama wawancara berlangsung atau mengenai kemajuan yang telah dicapai dalam proses konseling.
c.       Pemberian informasi
Konselor menyampaikan pengetahuan tentang sesuatu kepada konseli, sesuatu yang sebaiknya diketahui, namun ternyata belum diketahuinya. Penyampaian pengetahuan ini tidak mengandung saran.
d.      Penyajian alternatif
Konselor mengemukakan beberapa alternatif, konseli diminta untuk memilih salah satu.
e.       Penyelidikan
Konselor mengajak konseli untuk bersama-sama menyelidiki berbagai alternatif yang dapat dipilih, meninjau bersama-sama alasan pro dan kontra pada masing-masing alternatif, memperkirakan segala akibat yang kiranya timbul jika alternatif tertentu dipilih.
f.       Pemberian struktur
Konselor memberikan petunjuk tentang urutan langkah berpikir atau urutan tahap dalam pembicaraan yang sebaiknya diikuti, supaya akhirnya sampai pada pemecahan/penyelesaian masalah.
g.      Interpretasi
Pada teknik ini konselor menambahkan sesuatu pada hal-hal yang sudah terungkap dan yang belum disadari oleh konseli. Konselor menggali arti dan makna yang terdapat dibelakang kata-kata konseli atau dibelakang perbuatan/tindakannya yang telah diceritakan.
h.      Konfrontasi
Konselor mengarahkan perhatian konseli atas beberapa hal yang menurut pandangan konselor tidak sesuai satu sama lain.
i.        Diagnosis
Konselor mengatakan kepada konseli apa yang menjadi inti masalah dan/atau mengapa masalah itu timbul.
j.        Dukungan/bombongan
Konselor memberikan semangat dan keyakinan kepada konseli, lebih-lebih pada saat segalanya terasa sulit.
k.      Usul/saran
Konselor memberikan nasihat, agar konseli mengambil tindakan tertentu atau memilih cara A daripada cara B.
l.        Penolakan
Teknik ini hanya boleh digunakan jika hubungan antara konseli dengan konselor sangat baik, sehingga komentar negatif dari konselor tidak akan merusak hubungan, bahkan akan membantu konseli untuk menghadapi dirinya sendiri secara realistis.

2.      Teknik-teknik bimbingan konseling yang nonverbal
Dalam arti sempit perilaku non verbal menunjuk padareaksi atau tanggapan yang dibedakan dari berbahasa dengan memakai kata-katamisalnya, ekspresi wajah, gerakan lengan dan tangan, isyarat dan pandangan mata,sikap badan, anggota kepala, berbagai gerakan tungkai kaki dan tangan. Sedangkan dengan arti luas, perilaku non verbal, disamping hal-hal yang disebutkan diatas, juga menunjuk pada gejala-gejala fokal yang menyertai ucapan kata-kata, seperti kekeliruan oada waktu berbicara, saat-saat diam, kecepatan berbicara, lamanya berbicara, dsb.
Teknik-teknik nonverbal itu adalah, antara lain:
a.       Senyuman: untuk menyatakan sikap menerima
b.      Cara duduk: untuk menyatakan sikap rileks dan sikap mau memperhatikan.
c.       Anggukan kepala: untuk menyatakan penerimaan dan menunjukkan pengertian
d.      Gerak-gerik lengan dan tangan: untuk memperkuat apa yang diungkapkan secara verbal.
e.       Berdiam diri: untuk memberikan kesempatan kepada konseli berbicara secara leluasa, mengatur pikirannya atau menenangkan diri.
f.       Mimik (ekspresi wajah, roman muka, air muka, raut muka): untuk menunjang atau mendukung dan menyertai reaksi-reaksi verbal.
g.      Kontak mata ( konselor mencari kontak mata dengan konseli): untuk menunjang atau mendukung tanggapan verbal dan/atau menyatakan sikap dasar.
h.      Variasi dalam nada suara dan kecepatan bicara: untuk menyesuaikan diri dengan ungkapan perasaan konseli.
i.        Sentuhan: untuk menunjang tanggapan verbal dan/atau menyatakan sikap dasar.
















KESIMPULAN

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa metode dalam bimbingan dan konseling terdiri dari : observasi, quesioner, interview, sosiometri, dan tes.
Sedangkan teknik-teknik dalam bimbingan konseling terdiri dari dua macam, yaitu teknik verbal dan non verbal. Dimana teknik konseling yangg verbal adalah sembarang tanggapan verbal yang diberikan oleh konselor , yang merupakan perwujudan konkret dari maksud, pikiran, dan perasaan yang terbentuk dalam batin koselor ( tanggapan abtin ) untuk membantu konseli pada saat tertentu. Sedangkan teknik non verbal Dalam arti sempit perilaku non verbal menunjuk padareaksi atau tanggapan yang dibedakan dari berbahasa dengan memakai kata-katamisalnya, ekspresi wajah, gerakan lengan dan tangan, isyarat dan pandangan mata,sikap badan, anggota kepala, berbagai gerakan tungkai kaki dan tangan. Sedangkan dengan arti luas, perilaku non verbal, disamping hal-hal yang disebutkan diatas, juga menunjuk pada gejala-gejala fokal yang menyertai ucapan kata-kata, seperti kekeliruan oada waktu berbicara, saat-saat diam, kecepatan berbicara, lamanya berbicara, dsb.













DAFTAR PUSTAKA

Winkel, W.S. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo

Walgito, Bimo. 2005. Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karir). Yogyakarta: C.V. Andi Offset