METODE
DAN TEKNIK BIMBINGAN KONSELING
Di susun untuk memenuhi tugas :
Di susun untuk memenuhi tugas :
Mata
kuliah : Bimbingan dan Konseling
Dosen
pengampu : Atiyatul Maula, M.Psi, Psikolog
Kelas D
Di Susun Oleh :
1.
Dewi Yuliana ( 2021 111 )
2.
Novi Syafa’atul S ( 2021 111 )
3.
Ulfatul Maula ( 2021 111 089 )
4.
Rahmawati ( 2021 111 092 )
JURUSAN
TARBIYAH / PAI
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
( STAIN ) PEKALONGAN
2013
PENDAHULUAN
Metode dalam pengertian harfiyah, adalah "jalan
yang harus dilalui" untuk mencapai suatu tujuan, karena kata metode
berasal dari meta yang berarti melalui dan hodos yang berarti
jalan. Namun pengertian hakiki dari metode tersebut adalah segala sarana yang
dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik sarana tersebut
berupa fisik seperti alat peraga, administrasi, dan pergedungan di mana proses
kegiatan bimbingan berlangsung, bahkan pelaksana metode seperti pembimbing
sendiri adalah termasuk metode juga dan sarana non fisik seperti kurikulum,
contoh, teladan, sikap dan pandangan pelaksana metode, lingkungan yang
menunjang suksesnya bimbingan dan cara-cara pendekatan dan pemahaman terhadap
sasaran metode seperti wawancara, angket, tes psikologis, sosiometri dan lain
sebagainya.
Sedangkan tehnik adalah suatu cara (kepandaian,
pengetahuan dll) untuk membuat atau melakukan sesuatu. Jadi Teknik Bimbingan dan Konseling
adalah Suatu cara yang harus digunakan oleh seorang konselor dalam melaksanakan
kegiatan Bimbingan dan Konseling.
PEMBAHASAN
A. Metode dalam Bimbingan dan Konseling
Ada
beberapa metode yang dapat digunakan
untuk memperoleh data dalam bimbingan dan konseling, khususnya yang berlangsung
di sekolah, antara lain:
1.
Observasi
Observasi
merupakan salah satu metode khusus untuk mendapatkan fakta. Sedangkan observasi
menurut Pauline V. Young adalah suatu penelitian yang dijalankan secara sistematis
dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indra ( terutama mata ) atas
kejadian-kejadian yang langsung dapat ditangkap pada waktu kejadian itu
terjadi.
Jenis-jenis observasi:
Dalam
observasi dikenal bermacam-macam jenis, yaitu :
a. Observasi
yang berpartisipasi
Dalam
observasi ini pembimbing turut mengambil bagian didalam kehidupan atau situasi
dari orang-orang yang diobservasinya. Sebagai contoh, Pembimbng dapat ikut
bermain basket untuk mengobservsi tingkah laku anak yang dibimbingnya ataupun
sifat-sifatnya lain yang ingin diketahuinya.
b. Observasi
non-partisipasi
Pada
teknik ini pembimbing tidak ambil bagian secara langsung didalam situasi
kehidupan yang diobservasi, tetapi berperan sebgai penonton. Sebagi contoh,
pembimbing melakukan observasi pada waktu anak sedang bermain. Pembimbing tidak
ikut bermain tetapi hanya melihat bagaimana mereka bermain.
c. Kuasi
partisipasi
Di
mana dalam observasi itu seolah-olah pembimbing turut berpartisipasi. Jadi
sebenarnya hanya pura-pura saja turut ambil bagian dalam situasi kehidupan
pihak yang diobservasi.
Disamping
itu observasi juga dapat dibedakan sebagai observasi yang sistematis dan yang
tidak sistematis.
a. Observasi
sistematis
Dilaksankan
dengan menggunakan kerangka rencana terlebih dahulu. Sehingga sering pula disebut
sebagai struktured observation.
b. Observasi
non-sistematis
Merupakan
observasi dimana yang akan diobservasi belum disistematisasi terlebih dahulu.
Tetapi ini tidak berarti bahwa observasi ini adalah observasi yang tidak
berencana. Observasi ini tetap telah terencana, hanya materi atau hal-hal yang
mau diobservasi belum disistematisasi seperti observasi yang sitematis.
Dilihat dari
situasinya, observasi dapat dibedakan menjadi tiga:
a. Free situation
Merupakan
observasi yang dijalankan dalam situasi yang bebas, tidak ada hal-hal atau
faktor-faktor yang membatasi jalannya observasi itu.
b. Manipulated situation
Merupakan
observasi yang situasinya dengan sengaja diadakan. Dengan sengaja pembimbing
memasukkan faktor-faktor atau variabel-variabel dalam situasi itu untuk
menimbulkan situasi yang dikehendaki.
c. Partially controled situation observation
Yaitu
percampuran dari observasi yang terdahulu.
2.
Kuesioner
Kuesioner
atau sering disebut angket merupakan suatu daftar yang berisi
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang/ anak yang
ingin diselidiki yang disebut responden
Jenis-jenis kuesioner:
Pertanyaan-pertanyaan
dalam kuesioner dapat bermacam-macam bentuknya seperti:
1)
Pertanyaan
tertutup, yaitu pertanyaan-pertanyaan dimana responden tinggal memilih jawabnya
yang telah disediakan didalam kuesioner itu.
2)
Pertanyaan terbuka,
yaitu pertanyaan-pertanyaan yang memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi
responden untuk memberikan jawaban atau tanggapannya.
3)
Pertanyaan yang
terbuka dan tertutup, yaitu percampuran dari kedua macam pertanyaan tersebut
diatas.
Dilihat
dari sumber data kuesioner dapat dibedakan:
1)
Kuesioner
langsung, yaitu apabila kuesioner itu langsung diberikan kepada responden yang
ingin diselidiki
2)
Kuesioner tidak
langsung, yaitu apabila kuesioner untuk mendapatkan data dibutuhkan perantara
sehingga jawaban yang diperoleh tidak dari sumber pertama.
Kelemahan dan kelebihan
metode kuesioner
Ada
beberapa kelebihan dengan menggunakan metode kuesioner ini, yaitu:
1)
Dapat memperoleh
data yang banyak dalam waktu yang singkat dan dapat dilakukan sekalipun
tempatnya jauh.
2)
Tenaga yang
diperlukan sedikit.
3)
Orang dapat
menjawab dengan terbuka atau leluasa, tidak dipengaruhi oleh orang lain.
Adapun
kelemahan-kelemahan dari metode ini antara lain yaitu:
1)
Kemungkinan
tidak dapat berhadapan muka langsung dengan responden, maka apabila ada
pertanyaan yang kurang jelas maka responden sulit untuk mendapatkan keterangan
lebih lanjut.
2)
Pertanyaan-pertanyaan
yang terdapat dalam kuesioner telah tertentu, tidak dapat diubah atau
disesuaikan dengan sekitarnya.
3)
Sukar untuk
mendapatkan checking terhadap jawaban responden.
4)
Sulit untuk
memberikan jaminan bahwa kuesioner yang telah disebarkan akan kembali
seluruhnya.
3.
Interviu (wawancara)
Interviu merupakan salah satu metode untuk mendapatkan
data tentang anak atau individu lain dengan dengan mengadakan hubungan secara
langsung dengan informan.
Macam-macam Interviu
Menurut apa yang ingin dituju, interviu dapat
dibedakan
menjadi empat, yaitu:
1)
The employment interview, yaitu interviu yang dijalankan dengan suatu maksud
yang berhubungan dengan employment.
2)
Informational interview, yaitu interviu yang ditujukan untuk mendapatkan
informasi yang dibutuhkan.
3)
Administrative interview, yaitu interviu yang dijalankan untuk keperluan administrasi.
4)
Counseling interview, yaitu interviu yang dijalankan untuk keperluan
konseling. Interviu ini khas digunakan dalam proses konseling.
Menurut jumlah orang yang diinterviu,
interviu dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1)
Interviu perorangan (individual)
2)
Interviu kelompok.
Menurut peran yang dimainkan , maka interviu dapat
dibedakan dalam:
1)
The non-directive interview, yaitu interviu yang digunakan dalam proses
konseling.
2)
The focused interview, yaitu interviu yang ditujukan kepada orang-orang
tertentu yang mempunyai hubungan dengan objek-objek yang diselidiki.
3)
The repeated interview, yaitu interviu yang berulang. Interviu ini terutama
digunakan untuk mencoba mengikuti perkembangan tertentu terutama proses social.
Kelebihan dan kelemahan
interview
Beberapa kelebihan
dengan menggunakan interview, diantaranya:
1)
Pertanyaan yang
kurang jelas dapat diperjelas oleh intervewer, sehingga interviewee lebih
mengerti akan apa yang dimaksudkan.
2)
Bahasa dari
intervewer dapat disesuaikan dengan keadaan interviewee.
3)
Adanya hubungan
langsung, maka diharapkan dapat menimbulkan suasana persaudaraan yang baik,
sehingga mempunyai pengaruh yang baik terhadap hasil interviu
Adapun kekurangan
interviu, diantaranya:
1)
Interviu kurang
hemat, baik dalam soal waktu maupun tenaga.
2)
Interviu
membutuhkan keahlian, yang memerlukan pendidikan khusus yang membutuhkan waktu
yang lama.
3)
Apabila telah
ada prasangka, maka hal itu akan mempengaruhi hasil interviu. Hasilnya menjadi
tidak objektif.
4.
Sosiometri (hubungan social)
Metode Sosiometri, yaitu suatu cara yang dipergunakan
untuk mengetahui kedudukan anak bimbing dalam berhubungan kelompok. Sosiometri
merupakan teknik
penggambaran struktur hubungan yang ada di dalam bentuk sosiogram. Sosiogram
adalah hasil pengukuran atau tes terhadap sekelompok anak-anak yang dilakukan
menurut teknik
sosiometris yang digambarkan dalam bentuk diagram.
a.
Kriteria Hubungan Sosial
Baik tidaknya hubungan social seorang individu dengan
individu yang lain dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu:
1)
Frekuensi hubungan, yaitu sering tidaknya anak atau
individu tersebut bergaul. Makin sering
individu bergaul maka pada umumnya individu itu makin baik dalam segi hubungan sosialnya.
2)
Intensitas hubungan, yaitu segi mendalam tidaknya
orang atau anak di dalam prgaulannya, yaitu intim tidaknya mereka bergaul.
Teman yang intim, yang berarti mempunyai intensitas yang mendalam, merupakan
teman akrab, yang hubungannya lebih baik daripada teman yang kurang atau tidak
intim.
3)
Popularitas hubungan, yaitu di mana banyak sedikitnya
teman bergaul digunakan sebagai criteria untuk melihat baik buruknya hubungan
social. Factor popularitas inilah yang digunakan sebagai ukuran atau criteria
untuk melihat baik tidaknya seseorang di dalam hubungan atau kontak sosialnya,
dan inilah yang digunakan dasar sosiometri.
Untuk mendapatkan materi, di dalam sosiometri ini
biasanya digunakan kuesioner sosiometris. Hasil dari kuesioner ini kemudian
diolah lebih lanjut hingga menghasilkan hasil
sosiometri.
Untuk menentukan hubungan social ada dua macam bentuk, yaitu:
1)
Pemilihan sebagai arah yang positif.
2)
Penolakan sebagai arah yang negative.
b.
Sosiogram
Apa
yang dicapai dengan kuesioner sosiometris pada umumnya akan diolah lebih
lanjut. Hasil dari kuesioner itu dikumpulkan dan dimasukkan dalam daftar
tabulasi dan dikalkulasi, menjadi suatu bentuk matriks, ini yang disebut analisis
matriks. Hasil perhitungan dari hasil sosiometri itu kemudian dibuat menjadi
sosiogram. Ini yang sering disebut analisis sosiogram
c. Analisis Indeks
Pada umumnya hasil sosiometri akan dianalisis lebih
lanjut, yaitu dengan analisis matriks, analisis sosiogram, dan analisis indeks.
Dalam analisis indeks dihitung berapakah besarnya indeks untuk masing-masing
individu dalam kelompok yang diselidiki itu.
5.
Test
Test
adalah suatu metode atau alat untuk melakukan penyelidikan yang menggunakan
soal-soal, pertanyaan-pertanyaan atau tugas-tugas yang telah dipilih dengan
seksama dan telah distandarisasikan.
Macam-macam test
Test
dapat dibadakan menjadi beberapa macam sesuai dengan dasar penggolongan atau
klasifikasinya, yaitu:
1. Berdasarkan
atas banyaknya orang yang ditest, test dapat dibedakan:
a. Test
individual, yaitu test yang diberikan secara individual.
b. Test
kelompok, yaitu test yang diberikan secara kelompok. Misalnya test AGCT, test
SPM, test Kraeplin.
2. Berdasarkan
atas peristiwa atau kemampuan jiwa yang ingin diselidiki, test dapat dibedakan
antara lain test pengamatan, test perhatian, test inteligensi, test fantasi.
3. Berdasarkan
atas cara tastee mengerjakan tugas-tugas, maka test dapat dibedakan:
a. Test
bahasa, yaitu apabila testee di dalam mengerjakan test itu menggunakan bahasa.
Misalnya test RO, test Binet.
b. Test
peraga, yaitu test di mana testee di dalam mengerjakan test itu tidak perlu
menggunakan bahasa, cukup menggunakan perbuatan-perbuatan, seperti pada test
balok, test menggambar orang.
6.
Case
Study
Case
studi merupakan suatu metode untuk menyelidiki atau mempelajari sesuatu
kejadian mengenai perseorangan (riwayat hidup). Case study sebagai suatu metode
untuk mengadakan persiapan konseling dapat dibagi dalam beberapa bagian-bagian
yang mengandung:
a. Data
identitas (data pengenal)
b. Tanda-tanda
atau gejala-gejala yang menampak
c. Data-data
sekitar klien:
1) Latar
belakang keluarga
2) Latar
belakang jasmani dan kesehatan anak
3) Data
mengenai segi pendidikannya
4) Social behavior dan minatnya
5) Tes
data
d. Interpretasi
dari data dan diagnosis (kesimpulan)
e. Langkah-langkah
yang akan diambil dalam pemberian konseling.
B. Teknik-teknik Bimbingan dan Konseling
Konseling
mengandung suatu proses antar pribadi yang berlangsung melelui saluran
komunikasi verbal dan non verbal. Penggunaan teknik verbal dan non verbal
berlangsung dalam proses komunikasi timbal balik antara konselor dan konseli,
tetapi pun tidak lepaas dari sistematika kerja tertentu yang terwujud dalam
berpegang pada suatu pendekatan konseling berdasarkan bertimbngan rasional.
1. Teknik-teknik
Bimbingan Konseling yang Verbal
Teknik
konseling yang verbal adalah sembarang tanggapan verbal yang diberikan oleh
konselor, yang merupakan perwujudan konkret dari maksud, pikiran, dan perasaan
yang berbentuk dalam batin konselor (tanggapan batin) untuk membantu konseli
pada saat tertentu.
Ada
teknik verbal yang mengandung pengarahan sedikit dan lebih sesuai dengan metode
nondirektif, diantaranya yaitu:
a. Ajakan
untuk memulai
Pada
akhir fase pembukaan konselor mempersilakan konseli untuk mulai menjelaskan
masalah yang ingin dibicarakan.
b. Penerimaan/Menunjukkan
pengertian
Konselor
menyatakan pengertiannya dan/atau penerimaannya terhadap hal yang terungkapkan.
c. Perumusan
kembali pikiran-gagasan/Refleksi pikiran
Menyangkut
komponen pengalaman dan komponen refleksif dalam pesan konseli; disebut pikiran-gagasan
karena subjek menggunakan suatu bentuk representasi mental.
d. Perumusan
kembali perasaan/refleksi perasaan
Menyangkut
komponen afektif dalam pesan konseli. Konselor memantulkan kembali kepada
konseli perasaan tentang kejadian atau pengalaman yang telah diungkapkannya
secara verbal maupun nonverbal. Pemantulan perasaan tersebut dirumuskan dalam
bentuk restatement atau dalam bentuk parafrase.
e. Penjelasan
pikiran-gagasan/klarifikasi pikiran
Penjelasan
ini agak bersifat tentatif, artinya meraba atau menduga, maka konseli diminta
untuk memberikan umpan balik kepada konselor, apakah penangkapan konselor
memang tepat.
f. Penjelasan
perasaan/klarifikasi perasaan
Konselor
ingin mengecek apakah ia telah menangkap dengan tepat isi dan bobot/kedalaman
perasaan yang secara implisit telah diungkapkan oleh konseli.
g. Permintaan
untuk melanjutkan
Konselor
mempersilakan konseli untuk memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai sesuatu
yang telah dikemukakannya, isi penjelasan dan arahnya kemana terserah kepada
konseli.
h. Pengulangan
satu-dua kata
Konselor
mengulangi satu atau dua kata kunci dalam pertanyaan konseli dalam bentuk
kalimat tanya, dengan tujuan supaya konseli memberikan penjelasan lebih lanjut.
i.
Ringkasan/rangkuman
Secara
singkat dan dalam garis besar, konselor merumuskan apa yang telah dikatakan.
Selain
itu ada juga teknik verbal yang mengandung pengarahan banyak dan lebih sesuai
dengan metode direktif, yaitu:
a. Pertanyaan
mengenai hal tertentu
Koselor ingin mendapat
tanggapan tentang hal tertentu, maka jawaban konseli terbatas isinya, yaitu
sesuai dengan hal yang ditanyakan.
b. Pemberian
umpan balik
Dalam
hal ini konselor menyampaikan kepada konseli pikiran atau perasaannya sendiri
tentang sikap konseli selama wawancara berlangsung atau mengenai kemajuan yang
telah dicapai dalam proses konseling.
c. Pemberian
informasi
Konselor
menyampaikan pengetahuan tentang sesuatu kepada konseli, sesuatu yang sebaiknya
diketahui, namun ternyata belum diketahuinya. Penyampaian pengetahuan ini tidak
mengandung saran.
d. Penyajian
alternatif
Konselor
mengemukakan beberapa alternatif, konseli diminta untuk memilih salah satu.
e. Penyelidikan
Konselor
mengajak konseli untuk bersama-sama menyelidiki berbagai alternatif yang dapat
dipilih, meninjau bersama-sama alasan pro dan kontra pada masing-masing
alternatif, memperkirakan segala akibat yang kiranya timbul jika alternatif
tertentu dipilih.
f. Pemberian
struktur
Konselor
memberikan petunjuk tentang urutan langkah berpikir atau urutan tahap dalam
pembicaraan yang sebaiknya diikuti, supaya akhirnya sampai pada
pemecahan/penyelesaian masalah.
g. Interpretasi
Pada
teknik ini konselor menambahkan sesuatu pada hal-hal yang sudah terungkap dan
yang belum disadari oleh konseli. Konselor menggali arti dan makna yang
terdapat dibelakang kata-kata konseli atau dibelakang perbuatan/tindakannya
yang telah diceritakan.
h. Konfrontasi
Konselor
mengarahkan perhatian konseli atas beberapa hal yang menurut pandangan konselor
tidak sesuai satu sama lain.
i.
Diagnosis
Konselor
mengatakan kepada konseli apa yang menjadi inti masalah dan/atau mengapa
masalah itu timbul.
j.
Dukungan/bombongan
Konselor
memberikan semangat dan keyakinan kepada konseli, lebih-lebih pada saat
segalanya terasa sulit.
k. Usul/saran
Konselor
memberikan nasihat, agar konseli mengambil tindakan tertentu atau memilih cara
A daripada cara B.
l.
Penolakan
Teknik
ini hanya boleh digunakan jika hubungan antara konseli dengan konselor sangat
baik, sehingga komentar negatif dari konselor tidak akan merusak hubungan,
bahkan akan membantu konseli untuk menghadapi dirinya sendiri secara realistis.
2. Teknik-teknik bimbingan konseling yang nonverbal
Dalam
arti sempit perilaku non verbal menunjuk padareaksi atau tanggapan yang
dibedakan dari berbahasa dengan memakai kata-katamisalnya, ekspresi wajah,
gerakan lengan dan tangan, isyarat dan pandangan mata,sikap badan, anggota
kepala, berbagai gerakan tungkai kaki dan tangan. Sedangkan dengan arti luas,
perilaku non verbal, disamping hal-hal yang disebutkan diatas, juga menunjuk
pada gejala-gejala fokal yang menyertai ucapan kata-kata, seperti kekeliruan
oada waktu berbicara, saat-saat diam, kecepatan berbicara, lamanya berbicara,
dsb.
Teknik-teknik nonverbal
itu adalah, antara lain:
a. Senyuman:
untuk menyatakan sikap menerima
b. Cara
duduk: untuk menyatakan sikap rileks dan sikap mau memperhatikan.
c. Anggukan
kepala: untuk menyatakan penerimaan dan menunjukkan pengertian
d. Gerak-gerik
lengan dan tangan: untuk memperkuat apa yang diungkapkan secara verbal.
e. Berdiam
diri: untuk memberikan kesempatan kepada konseli berbicara secara leluasa,
mengatur pikirannya atau menenangkan diri.
f. Mimik
(ekspresi wajah, roman muka, air muka, raut muka): untuk menunjang atau
mendukung dan menyertai reaksi-reaksi verbal.
g. Kontak
mata ( konselor mencari kontak mata dengan konseli): untuk menunjang atau mendukung
tanggapan verbal dan/atau menyatakan sikap dasar.
h. Variasi
dalam nada suara dan kecepatan bicara: untuk menyesuaikan diri dengan ungkapan
perasaan konseli.
i.
Sentuhan: untuk
menunjang tanggapan verbal dan/atau menyatakan sikap dasar.
KESIMPULAN
Dari penjelasan
diatas maka dapat disimpulkan bahwa metode dalam bimbingan dan konseling
terdiri dari : observasi, quesioner, interview, sosiometri, dan tes.
Sedangkan
teknik-teknik dalam bimbingan konseling terdiri dari dua macam, yaitu teknik
verbal dan non verbal. Dimana teknik konseling yangg verbal adalah sembarang
tanggapan verbal yang diberikan oleh konselor , yang merupakan perwujudan
konkret dari maksud, pikiran, dan perasaan yang terbentuk dalam batin koselor (
tanggapan abtin ) untuk membantu konseli pada saat tertentu. Sedangkan teknik
non verbal Dalam arti sempit perilaku non verbal menunjuk padareaksi atau
tanggapan yang dibedakan dari berbahasa dengan memakai kata-katamisalnya,
ekspresi wajah, gerakan lengan dan tangan, isyarat dan pandangan mata,sikap
badan, anggota kepala, berbagai gerakan tungkai kaki dan tangan. Sedangkan
dengan arti luas, perilaku non verbal, disamping hal-hal yang disebutkan
diatas, juga menunjuk pada gejala-gejala fokal yang menyertai ucapan kata-kata,
seperti kekeliruan oada waktu berbicara, saat-saat diam, kecepatan berbicara,
lamanya berbicara, dsb.
DAFTAR
PUSTAKA
Winkel, W.S. 1997. Bimbingan
dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo
Walgito, Bimo. 2005. Bimbingan
dan Konseling (Studi dan Karir). Yogyakarta: C.V. Andi Offset